English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese

Jumat, 06 Januari 2012

Jeju Spring Moment (part 2)

,



Main Cost :
- Jo Young Min
- Jang Na Raa
- Jang Jae Beom (Nara’s Older Brother)
Author : Boyfriend Korean Fanster
Original Soundtrack :
- Hitt – Good Night
- IU – Good Day

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hay ketemu sama Mochi lagi, kali ini Mochi mau melanjutkan FF pertama Mochi tentang Youngmin Boyfriend. Ini karya pertama Mochi, jadi Mochi mau minta maaf kalau ceritanya kurang bagus.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Jeju Spring Moment (Jeju Saat Musim Semi)

--------- Nara Prov ---------
            Malam ini seperti biasa, Youngmin selalu tidur lebih cepat dariku. Lagi-lagi aku selalu menatap wajah lucunya saat tertidur, manis sekali seperti perempuan, aku merasa kasihan padanya harus tidur di kasur yang rusak seperti itu, apalagi malam ini hujan, dia pasti kedinginan, aku harus mencarikannya selimut, harus.

            Aku membuka lemari di gudang, lemari itu sedikit berantakan, aku bingung harus mencarinya darimana dulu, semuanya terlihat sangat berantakan dan kotor. Aku tidak mau berlama-lama berdiri disana, langsung saja aku menggeledah lemari seperti polisi yang sedang mencari buronannya. Dan.......... ketemu ! sebuah selimut abu-abu kusam telah aku temukan, meski terlihat kotor tapi ini masih layak untuk dipakai.

            Kemudian aku selimuti Youngmin yang tidur tengkurap itu secara pelan-pelan, aku takut dia terbangun dan menolak selimut yang aku berikan. Ku usap rambut yang menutupi keningnya, ku sentuh pipi mulusnya, dia tampan dan sangat baik, tapi sayang dia tidak akan pernah menjadi milikku, kita mungkin tidak ditakdirkan untuk bersama, aku sedang sakit oppa, Oppa hidupku tidak akan lama lagi, tapi saat aku mati nanti apa oppa akan peduli denganku, oppa ini kan sangat membenci ku ?

            Air mataku terjatuh ketika aku teringat penyakit yang aku derita, penyakit yang tidak mungkin bisa terobati, ‘kelainan Jantung’ itulah penyakit yang aku derita. Sejak aku lahir, dokter sudah mendiagnosisku bahwa aku menderita kelainan jantung, dia tidak tahu apa sebabnya, kapan saja aku bisa mati, tapi hidup hingga 15 tahun menurutku sudah luar biasa, Tuhan ternyata sangat mencintaiku, dia memberiku umur yang lebih, meski ujung-ujungnya aku tidak akan pernah memiliki Youngmin, tapi aku percaya jika kami berjodoh, dimanapun dan apapun keadaannya, kami pasti bisa bersatu, aku percaya itu.

            Ku pegang tangannya, lembut sekali, mungkin dia tidak pernah bekerja keras selama ini, kenapa ? kenapa aku harus jatuh cinta pada saat-saat seperti ini, saat-saat dimana aku sedang menunggu malaikat maut mencabut nyawaku, dan saat itu terjadi aku sudah tidak bisa melihat wajah manisnya lagi, aku takut, aku takut ketika aku menutup mataku, aku tidak bisa lagi membuka mataku dan melihat wajahnya, aku takut benar-benar takut.

            Astaga, kenapa aku berpikiran seperti ini lagi. Ini sudah takdirku, untuk apa aku menangis, aku harus kuat, aku tidak mau sisa-sisa hidupku ini terbuang sia-sia. Ku usap butiran air mataku yang membasahi pipi, aku tidak mau Youngmin melihat kelemahanku, apalagi kalau sampai dia tahu penyakit yang aku derita ini, kalau dia tahu dia pasti akan memperlakukanku seperti orang sakit, aku tidak mau !

            “aaahhhh !!”. tiba-tiba saja dadaku sakit, sakit sekali. Aku mohon jangan sekarang, berilah aku waktu sedikit lagi, kali ini terasa lebih sakit dari kemarin, apakah ini karena aku terlalu lelah ? oh Tuhan aku tidak sanggup menahannya lagi, nafasku, nafasku mulai tersendat. Rasanya seperti ada sebuah pisau yang sedang menusuk-nusuk jantungku, ibu.... tolong aku aku tidak mau mati sekarang......

            Perlahan nafasku mulai tenang, dan jangtungku mulai terasa pelan, tapi.... kenapa, tiba-tiba saja kesadaranku mulai hilang, apakah aku akan mati ? apa malaikat maut itu sudah bersiap untuk menjemputku ? oh Tuhan, jika engkau ingin mengambil nyawaku sekarang, ambilah aku rela........

            “...... Nara, bangun. Nara !.... kenapa kau tidur disini ?”

            Aku terbangun, Apa ini, siapa yang memanggilku ? apakah dewa kematian ? apa aku sudah berada disurga ? tapi kenapa semua pendanganku gelap, aku tidak bisa melihat apa-apa. Youngmin aku takut, datanglah kemari, aku membutuhkanmu. Aku benar-benar takut disini hingga aku tak sadar air mataku sudah berlinangan. Aku sendiri, tidak ada siapapun disini. Apa ini yang dinamakan alam kematian ?

            “Nara ! cepat bangun !”

            Tiba-tiba mataku terbuka, kali ini tidak gelap, aku melihat cahaya, dan didepanku ada Youngmin, laki-laki yang sangat aku sukai. Dia menatapku, aku masih hidup, oh Tuhan lagi-lagi engkau mengabulkan keinginanku, aku masih bisa melihat Youngmin dengan mataku, tapi kenapa aku lagi-lagi menangis, aku benar-benar tidak bisa menahan air mata ini, air mata kebahagiaan. Tanpa ada rasa ragu aku peluk Youngmin erat-erat, aku takut dia pergi menjauh dariku, aku takut dia tidak ada disisiku lagi, aku takut, takut sekali.

            Tampaknya Youngmin bingung dengan tingkah laku-ku yang tidak seperti biasanya, aku menangis di pelukan Youngmin, dia diam saja mungkin merasa aneh melihatku menagis tanpa alasan. Dia hanya diam dan membalas pelukanku.
---------- Nara Prov End -----------
           

---------- Youngmin Prov ----------
            Saat aku terbangun, tiba-tiba aku melihat Nara sedang tidur sambil duduk di pojokan, wajahnya begitu lucu saat tidur, aku menghampirinya, aku berniat membangunkannya untuk bersepeda bersamaku. Sebelum aku membangunkannya, aku cubit terlebih dahulu pipinya yang sedikit chubby, tapi aneh dia tidak bangun, padahal cubitannya keras.

            “...... Nara, bangun. Nara !.... kenapa kau tidur disini ?”

            Aku berkali-kali membangunkannya, tapi dia tidak bergerak juga. Aku pikir, mungkin dia sedang lelah makanya tidur sangat lelap. Tapi entah kenapa hatiku merasa khawatir makanya aku membangunkannya sekali lagi.

“Nara ! cepat bangun !”

Ketika aku berteriak, tiba-tiba saja matanya terbelalak, aku berpikir, mungkin dia terkejut dengan teriakanku ini, tapi tak lama kemudian dia menangis, aku bingung sekali apa yang sebenarnya sudah terjadi padanya ? dia hanya diam sambil menatapku, tiba-tiba ‘bruukk’ dia memelukku begitu saja dan menangis terus menerus. Apa mungkin aku sudah berbuat salah padanya ? tidak seperti biasanya dia seperti ini, biasanya dia bersikap ceria, tapi kenapa kali ini dia bersedih ? aku juga terdiam dan hanya membalas pelukannya, ku usap rambut gelombangnya dengan pelan. Mencoba menenangkannya....

“Nara, kau kenapa ? apa ada yang salah denganku ?”

Nara diam saja, dia belum mau bicara, aku tidak mau memaksanya untuk bercerita sekarang, tapi aku yakin suatu saat dia pasti mau bercerita.

“joesong haeyo........ (maafkan aku)” ucapnya sambil melepaskan pelukannya. “aku hanya ingin menangis, sudah lama aku tidak menangis.....”

“apa !” aku benar-benar terkejut dengan ucapan Nara yang sangat tenang tanpa punya dosa. “kau benar-benar aneh”

“heheheh maaf sudah membuatmu khawatir”. Dia tersenyum aneh.

babo ! (dasar bodoh), kau hampir membuat jantungku lepas !” gumamku kesal. “Nara, bagaimana kalu kita bersepeda ?”

“hah.... aku tidak mau”

“kenapa ?”

“aku lelah” jawabnya singkat, sebenarnya aku sedikit kecewa mendengar ucapan Nara, tapi mungkin ada benarnya juga. “bagaimana kalau jalan-jalan saja ?”

Aku senang mendengar perkataan Nara, meskipun tidak mau diajak bersepeda, tapi dia justru mengajakku jalan-jalan, tidak apalah asal bisa berdua bersama Nara, itu tidak masalah. “Baik, mau jalan-jalan kemana ?”

Diperjalanan, kami menyusuri pinggiran ladang Conola, disana Nara berlari-lari seperti anak kecil, dan seperti biasa dia tidak mengenakkan alas kaki, dia bilang lebih asyik tidak memakai alas kaki daripada memakainya. Dasar gadis aneh !

Aku merasa sangat senang, akhirnya keceriaannya kembali lagi tidak seperti tadi, tiba-tiba menangis hingga membuatku bingung. Dia terlihat lebih cantik daripada sebelumnya apalagi dia sedang berdiri diantara bunga-bunga Conola dan kupu-kupu yang beterbangan, rasanya dia seperti putri-putri di Negeri dongeng, dan aku pangerannya.

Astaga, apa yang sedang aku pikirkan ? lagi-lagi aku berfikiran seperti ini, sadarlah Young ! siapa kau dan siapa Nara, kau ini seorang bintang dan Nara hanya gadis biasa, kenapa kau harus jatuh cinta padanya ? bodoh !! tapi... tapi aku tidak bisa bohong pada diriku sendiri, jujur saja aku mulai tertarik dengan Nara, sifat dan kepribadiannya aku sangat suka, Nara kalau saja kau tahu isi hatiku yang sebenarnya.....

Halah sudahlah Young ! kenapa kau harus memperhatikan gadis seperti itu, mau ditaruh dimana muka kerenmu itu kalau publik sampai tahu kau berpacaran dengan gadis bodoh seperti Nara ! aaahhhhhhhhh aku pusing !

“Youngmin .... kemari !”

Ucapan Nara membangunkanku dari lamunan, dia melambaikan tangan diantara bunga-bunga Conola, dia terlihat agak jauh, aku pun harus berjalan cukup jauh untuk menghampirinya, sebenarnya malas berjalan diantara bunga-bunga yang dulu membuatku kesal.

“ada apa ?” ucapku sambil duduk disampingnya.

“tidak apa. Aku hanya ingin kau disampingku, apa tidak boleh ?”

“dasar gadis  aneh” ucapku sambil mengack-acak rambutnya.

“kau juga”. Dia membalasku, dia acak-acak rambut kerenku ini hingga berantakan. “hahahahahhahahah kau lucu sekali”

“apanya yang lucu ?”

“wajahmu. Ehh lihat kupu-kupunya banyak sekali, mereka berwarna-warni.”

“aku tidak suka kupu-kupu !”

“kenapa ?”
­­
“bukan urusanmu !”

“hmm ya sudah. Youngmin, apa aku boleh menciummu ?”. sebenarnya aku sangat terkejut dengan permintaan aneh Nara, ingin mencium pipiku saja harus minta izin, Yeoja Babo ! (gadis bodoh !)

“cium saja....” ucapku sambil menepuk pelan pipi kiriku dengan telunjuk dihadapannya.

Tapi anehnya setelah aku menunjuk pipiku ini bukannya langsung dicium, eh ternyata dicubitnya dengan keras, apa mungkin dia dendam padaku gara-gara aku cubit tadi ?

“auuuu sakit sekali, kenapa kau suka sekali men...........”. sebelum aku selesai bicara, tiba-tiba ada sesuatu yang mendarat dibibirku, mataku terbelalak tak percaya, Nara benar-benar menciumku, dia melumat bibirku dengan lembut, perlahan cubitannya mulai merenggang, bahkan terasa hanya memegang pipiku saja, aku benar-benar kaget juga senang, ku pegang kepala bagian belakangnya dan ku balas ciumannya itu. bibirnya sangat lembut bahkan lebih lembut dari agar-agar, astaga kenapa disaat-saat seperti ini malah teringat makanan Young ? ini ciuman pertamaku, sedikit tegang memang, apalagi tempat kami berciuman sangatlah romantis, ditengah-tengah padang Conola yang indah banyak kupu-kupu yang beterbangan kesana kemari, dan juga semilir angin musim semi yang menyegarkan. Entah berapa lama kami melakukannya, kami lebih terlihat sebagai sepasang kekasih daripada hanya seorang teman.

Setelah beberapa menit, Nara melepaskan ciumannya. Dia menunduk dan tersenyum, kemudian dia menatapku dan berkata, “bibirmu pahit !”

“apa ! kurangajar ! setelah menciumku kau masih bisa berkata seperti itu ?”. aku kesal mendengar ucapan Nara barusan. Aku beranjak pergi meninggalkannya, nampaknya dia mengejar,...

“tunggu dulu ! naega oppaleul sarang ! nan neul saranghae ! (aku menyukaimu ! aku mencintaimu oppa !)

Hah apa yang barusan dia katakan, dia mencintaikuku ? apa dia benar-benar sudah gila mengatakan hal seperti itu pada seorang laki-laki ? dia benar-benar tidak tahu malu, tapi seandainya dia benar-benar serius akan aku terima dengan senang hati. Aku membalikkan badan dan melihat wajah Nara, tapi sayang seribu sayang wajahnya sama sekali tidak menampakkan keseriusannya, dia hanya tersenyum aneh sekali. Aku ragu dengan perkataannya tadi. Aku pun tak ragu-ragu lagi meninggalkannya.

“jangan tinggalkan aku !”, dia mengejarku dan berjalan dibelakangku “kenapa marah ?”

“tanya dirimu sendiri....” aku berjalan semakin cepat, tampaknya dia tak lagi mengejarku, langkah kakinya tidak terdengar, mungkin dia kelelahan atau sedang berhenti sejenak, tapi aneh, kenapa dia tidak memanggilku lagi, apa dia sudah tidak mencintaiku lagi seperti yang dikatakannya tadi ? aku jadi penasaran, sebenarnya dia sedang apa dibelakangku ? aku pun menbalikkan badan, dan......... apa ! tidak ada ? apa dia menghilang ? aku sama sekali tidak melihatnya dibelakangku, disampingku didepan ataupun diatas. Astaga kemana dia, aku berputar-putar mencarinya, tapi tak juga ketemu. “Nara, Eodi !” (Nara, dimana kau)

“yeogi Youngmin-iss-eo” (aku disini Youngmin) jawabnya segera, tapi aku masih bingung dimana posisinya ?. “disini Young.... “, lanjutnya sambil melambaikan tangan dari atas pohon, aku langsung melihatnya, aku kaget setengah mati, selain berkaki baja yang bisa mengendarai sepeda sejauh 2 km, sekarang dia jadi lebih mirip Monyet yang sedang bertengger diatas pohon sambil makan buah apel hijau tanpa ia kupas, dia duduk di batang yang sedikit melandai sambil menggerakkan kedua kakinya yang tanpa alas kaki. “ini untukmu”

“aauu”, dia melemparkan buah apel, dan sialnya malah mengenai kepalaku, sepertinya dia sengaja, kepalaku benar-benar sakit, kesal tapi juga lapar. Aku makan saja apel itu tanpa dikupas sama seperti Nara, enak juga ternyata. “heh turunlah, aku sendiri disini !”

“tidak mau ! kau pasti hanya akan memukulku !”

“tidak akan”

mullon midjineun anhjiman !” (aku kurang percaya)

“ya sudah terserah kau saja. Oya Nara, apa kau punya saudara disekitar sini ?”

“punya, seorang paman yang sering datang kerumahku membawakan makanan, dia pamanku. Kau pernah lihat tidak ?”

“paman yang gendut dan sudah tua itu ?”
nae(iya)
------------ Youngmin Prov End -------------
********



------------ Nara Prov -------------
            Youngmin, maafkan aku hari ini. Aku mungkin sudah membuatmu sangat kesal, tapi setelah ini kau tenang saja, aku tidak akan membuatmu kesal lagi, aku akan pulang Youngmin, jantungku sudah terasa begitu lemah, aku takut kalau berlama-lama ada disini kau akan tahu rahasiaku, aku tidak mau membuatmu merasa terbebani, maafkan aku Young, aku harus pulang kerumah kakakku.

            Perlahan aku letakkan selambar surat diatas meja, aku tindih surat itu dengan sebuah pensil, kemudian ku usap lagi pipinya saat ia sedang tertidur, tapi kali ini aku mencium pipinya itu sebagai tanda perpisahan, “aku harap kita bisa bertemu lagi”

            Ku tutup pintu itu dengan sangat pelan hingga tak ada suara yang terdengar. Kemudian aku beranjak pergi, ditengah perjalanan memasuki kota, jantungku kambuh lagi, kali ini mungkin terasa lebih sakit lagi dari kemarin, aku bahkan sampai sulit bernafas, jalanku juga sudah mulai terombang-ambing, aku harus kuat, aku harus bisa sampai dirumah kakak. Tapi aku ragu, rasa sakitnya terlalu menjadi jadi, jantungku terasa terbelah, keringat dinginku bercucuran, pandanganku juga sudah mulai kabur, oh Tuhan aku sudah tidak kuat lagi, tiba-tiba pandanganku menjadi aneh hanya cahaya putih yang aku lihat, dan setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi.
----------- Nara Prov End ------------


----------- Jaebum Prov ------------
            Aku Jaebum, kakak Nara. Ketika aku sedang membaca buku kesukaanku, the Da Vinci Code, tiba-tiba ponselku berdering, aku angkat ponselku, ternyata itu dari pihak Rumah Sakit, mereka memberitahukan bahwa Nara pingsan ditengah jalan, aku benar-benar kaget, adik kesayanganku sedang tergeletak tak berdaya dirumah sakit. Tanpa berlama-lama aku langsung membanting stir mobilku menuju rumah sakit. Di kamar no. 103 itulah Nara dirawat, aku benar-benar tidak tega melihatnya lemas diatas ranjang dengan penuh selang-selang ditubuhnya agar bertahan hidup. Aku tak sanggup menahan air mataku melihatnya terbaring seperti itu, aku ingin sekali dia sembuh, tapi apa yang harus aku lakukan ? ku pegang tangan mungilnya itu, terasa lebih kurus daripada terakhir kali saat dia pergi dari rumah. Kalau saja ada kekuatan yang bisa merubah nasib, pasti sudah aku tukar nasib Nara denganku, biar aku saja yang merasakan pedihnya penderitaan adik 10 tahunku itu. Tuhan, aku tak sanggup kehilangan adikku satu-satunya, jangan ambil dia Tuhan, biarkan dia tetap hidup, biarkan dia merasakan kebahagiaan, jangan renggut nyawanya Tuhan, aku mohon......

            “ulji mal-ayo Oppa” (jangan menangis kak)

            Suara itu, Nara, dia tersadar, aku sangat senang, suara lembutnya masih bisa aku dengar. Ku perhatikan wajahnya, matanya begitu lesu dan memerah. Dia melepaskan selang oksigen yang ada dihidungnya.

            “kakak tidak boleh menangis”, dia mengusap air mataku pelan.

            “Nara kau sudah sadar ? kakak senang sekali. Berjanjilah untuk tetap bertahan hidup. Kakak akan lakukan apapun untukmu Nara asal kau bisa terus hidup, bahkan kakak rela mendonorkan jantung kakak hanya untukmu, kakak tak sanggup melihatmu hidup dalam penderitaan yang terus menerus seperti ini.”

            “tidak kakak, hidupku sudah cukup, lagipula tidak semua jantung akan cocok dengan orang lain bukan ? tidak mudah mencari jantung yang cocok itu kakak.....”

            “Tuhan memang tidak adil. Kenapa gadis sebaikmu harus menderita seperti ini ? seharusnya kakak saja......”

            “Tuhan itu adil kak.... dia selalu memberikan apa yang terbaik untuk kita. Kakak tidak boleh berkata seperti itu.....”. lagi-lagi aku tidak bisa menahan air mataku, rasanya hatiku terasa ini pedih sekali, ucapan Nara begitu bijak, bahkan dia menerima dengan lapang dada nasibnya itu. aku sangat kagum padamu Nara.

            “ayoo senyum,,,,,,,,,”, dia menarik pipiku agar aku bisa tersenyum, aku mencoba untuk tersenyum seperti ucapan Nara, meski sebenarnya kala itu aku tidak bisa tersenyum.

            “kakak, aku jatuh cinta pada seorang namja, oppa. Dia sangat tampan, baik dan lucu, tapi sekarang aku meninggalkannya, aku takut dia tahu penyakitku ini, aku tidak ingin membuatnya khawatir, makanya selama ini aku diam saja. Aku benar-benar mencintainya kak, tapi saat aku mengatakan isi hatiku ini dia justru tak percaya, dia pikir aku ini sedang bercanda, padahal tidak”

            “memangnya siapa namja itu ?”

            “namanya Youngmin oppa”

            Youngmin ? apa yang Nara maksud Jo Youngmin murid dari Seoul Arts Performing High School ? seorang entertainer dan juga anak dari keluarga kaya raya itu ? kalau yang dimaksud dia, jelas aku sangat mengenalnya. Tapi aku pura-pura tidak mengenalnya didepan Nara. “kakak senang, akhirnya adik kakak ini bisa jatuh cinta juga”

            “gamsahabnida oppa” (terimakasih kak)

            “Nara, sejak kapan kau mengenal Youngmin ?”

            “Belum lama ini kak, mungkin baru dua minggu aku mengenalnya. Pertama kali aku melihat Youngmin, sepertinya dia sangat menyeramkan, saat itu aku sedang jalan-jalan dipinggiran ladang Conola, kemudian aku melihat Youngmin sedang marah-marah, dia merusak ladang Conola yang sudah susah payah aku rawat, tapi entah kenapa aku sama sekali tidak marah kak, aku justru merasa kasihan padanya yang sedang kelelahan saat itu, dan, meski ada rasa takut, aku mencoba mendekatinya. Setelah aku lihat wajahnya, aku langsung jatuh cinta padanya, dia sangat tampan. Setelah itu aku memintanya untuk tinggal dirumahku, awalnya dia sedikit takut dan canggung, tapi lama kelamaan kami bisa berteman baik. Selain tampan ternyata dia sangat lucu, apa kakak tahu, Youngmin itu sama sekali tidak bisa naik sepeda, bahkan saat belajar naik sepeda dia justru menabrak pohon........... “

            Ketika Nara sedang menceritakan tentang Youngmin pangerannya, aku justru sibuk dengan pikiranku sendiri, aku baru mengerti begitu besarkah cinta Nara terhadap Youngmin ? bahkan dia bisa mengubah sifat Youngmin yang dulunya sangat egois dan dingin menjadi sosok yang penuh keceriaan....... Tuhan kalau saja kau satukan mereka.....

            Tiba-tiba aku memeluk Nara yang sedang duduk diatas ranjangnya, aku menangis dipelukannya, aku sungguh tak sanggup kehilangannya, adikku yang sangat baik ini janganlah engkau renggut Tuhan, aku mohon..............

            “Nae Oppa-i wae ?” (kakak kenapa ?)

            Aku tidak menjawab pertanyaan Nara, aku terlarut dalam kesedihan yang selama ini bersarang dihatiku, kali ini benar-benar sudah tak bisa aku tahan lagi, terlalu menyakitkan jika aku harus memendamnya terlalu dalam, entah berapa lama lagi aku bisa memeluknya, aku sangat takut ketika suatu saat aku melihat Nara sudah tidak bisa membuka matanya lagi, ketika tubuhnya terbujur kaku, ketika aku tak bisa melihat senyumannya, canda tawanya.......... apa yang harus aku lakukan, aku tak sanggup, sungguh tak sanggup.......
------------ Jaebum Prov end ------------
*******



------------- Youngmin Prov -------------
            Aku terbangun dari tidurku, aneh kenapa hari ini Nara tidak membangunkanku ? biasanya dia yang selalu rajin membangunkanku meski sejujurnya aku ini susah sekali dibangunkan. Dan ketika aku melihat sekeliling ruangan.... nampak sangat sepi seperti ruang hampa di angkasa, hanya terlihat sebercak cahaya dari atap yang berlubang, tidak ada siapa-siapa disana, kemana Nara ? apa dia pergi diam-diam ?

            Aku beranjak dari tempat tidurku yang sangat tidak nyaman ini, kemudian aku duduk di kursi, dan tak lama kemudian aku melihat selembar kertas berwarna pink dengan motif heart dibawah pensil kesayangan Nara, aku mengambilnya dan segera aku baca.

            Na wass-eo !! (aku pulang)

            Begitulah yang tertulis di kertas tersebut. Begitu singkat dan sangat jelas, tapi surat itu membuat hatiku tersayat, seperti ada sebuah silet yang mencoba untuk merobek hati kecilku ini, sangat menyakitkan, sungguh menyakitkan, kenapa dia pergi meninggalkanku tanpa ada sepatah katapun yang terucap, hanya surat ini yang dia tinggalkan. Kenapa Nara ? apa kau marah padaku hingga kau tinggalkan aku sendiri disini ? Nara, kembalilah, aku tidak suka sendiri, aku ingin kau selalu ada disampingku, kau bilang kau menyukaiku, tapi kenapa sekarang kau justru pergi meninggalkanku begitu saja, kau keterlaluan Nara, kau keterlaluan.

            Aku tidak sanggup menahan air mataku, aku benar-benar kecewa dengan Nara, dia mempermainkanku terlalu jauh. Tapi aku juga tidak mau terlarut dalam kesedihan, aku akan cari tahu kenapa kau meninggalkanku.

            Segera aku berlari kerumah paman Nara, rumahnya cukup luas berhias taman bunga didepan rumahnya, aku melihatnya sedang memberi makan kelinci anggora berwarna putih miliknya disamping rumah, aku segera menghampirinya.

            “maaf paman, apa kau tahu dimana rumah Nara ?”

            “aku tidak tahu” jawabnya sewot tanpa memandang wajahku, aku sangat kesal dengan ucapannya, aku tarik kerah bajunya, apa dia tidak tahu kalau aku ini sedang marah !

            “katakan dimana rumah Nara, kau ini pamannya bukan ? mana mungkin kau tidak tahu dimana rumahnya !”. mungkin aku sangat tidak sopan, tapi hanya dengan cara inilah aku bisa memaksa paman ini untuk buka mulut, dan memberitahukan dimana rumah Nara.

            “aku ini bukan pamannya nak” jawabnya dengan suara yang lembut, aku merasa tidak enak padanya karena sudah bersikap kasar. Kulepaskan kereah bajunya yang ku tarik, “aku ini hanyalah mantan tukang kebun dirumah Nn Nara, sudah 5 tahun aku pensiun. Sepertinya hari ini Nn Nara kurang sehat..... “

            “apa maksudmu ?”

            “sudahlah lupakan. Ini alamatnya, pergi dan temuilah Nn Nara. Semoga kau beruntung........”. setelah memberikan selembar kertas, paman itu langsung pergi.

            Setelah cukup lama berputar-putar di kota, akhirnya aku menemukan alamat yang aku tuju. Astaga, aku kagum dengan rumah yang ada didepanku ini, besar dan indah, apakah ini rumah Nara ? aku beberapa kali menyocokkan alamat rumah yang aku dapat dari paman gendut yang tidak aku tahu namanya dengan alamat yang ada di blok kecil yang ada di dinding gerbang depan rumahnya, tidak salah lagi ini pasti rumahnya, sedikit ragu memang. Tapi aneh, kenapa Nara tidak mau tinggal dirumah mewahnya ini ? kenapa dia lebih memilih gubug jelek sebagai tempat tinggalnya ?

            Aku beberapa kali menekan tombol bell rumahnya, tapi tak ada yang keluar, apa mereka semua tidak punya telinga untuk mendengar ? disaat emosiku mulai muncul, tiba-tiba ada sebuah mobil sport berwarna biru hitam berhenti disampingku, kaca mobilnya dibuka dan..........

            “sedang apa kau disini Youngmin ?”

            “Jaebum ???”. aku kaget setengah mati ketika melihat wajah guru koreograferku yang sangat menyebalkan ada disini juga, “sedang apa kau disini ?”

            “aku mau pulang. Apa tidak boleh ? ini kan rumahku....”

            “rumahmu ? bukankah ini rumah Nara ?”

            “Nara itu adikku, rumahku rumah Nara juga”. Dia turun dari mobilnya dan berjalan menghampiriku. “dan kau, kenapa kau ada disini ?”

            “aku mencari Nara. Dimana dia ?”

            “Nara..........”. tiba-tiba ucapannya terhenti, ponselnya berbunyi mungkin itu sebuah pesan, sebenarnya aku penasaran, tapi aku diam saja.

            Ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah, raut wajahnya berubah menjadi pucat setelah membaca pesan di ponselnya itu. aku melihat ada sepercik air matanya yang jatuh dari sudut matanya, dan tanpa sadar ia juga menjatuhkan ponsel yang digenggamnya, kemudian meluncur pergi, secepat kilat mobil mewahnya sudah tidak terlihat. Nampaknya dia tiba-tiba saja melupakanku yang ada di depannya, entah apa yang terjadi padanya, aku benar-benar bingung, dia seperti bunglon yang cepat sekali berubah warna.

            Kemudian aku pungut ponselnya, sebenarnya aku sangat penasaran dengan pesan yang bisa sampai membuat Jaebum hilang kendali, sebenarnya tidak enak juga membaca pesan orang lain, tapi... aku benar-benar penasaran, pengirimnya dari Hospital of Jeju, maka tanpa ada rasa ragu lagi aku baca pesan itu, dan..... tiba-tiba saja air mataku terjatuh tanpa aku sadari.

            Cepat datang kerumah sakit, adikmu sedang sekarat, jantungnya sudah sangat lemah !

            Aku tidak mengerti, sebenarnya apa yang sudah terjadi dengan Nara ? jantung ? memang jantungnya kenapa ? apa dia sedang sakit ? aku tidak mau berlama-lama berdiri sendirian disini. Aku juga ingin tahu keadaan Nara saat ini. Dia baik-baik saja kan ? tapi.... kenapa hatiku ini justru terasa aneh, aku merasa sangat cemas, khawatir dan tegang. Ada apa ? aku yakin Nara pasti baik-baik saja, aku yakin !

            30 menit kemudian aku sampai dirumah sakit, aku mondar-mandir kesana kemari, bertanya kesana kesini, seperti anak yang hilang dan sedang mencari ibunya. “suster, apa kau tahu dimana ruang Jang Nara dirawat ?”

            “ooh Nn Nara, dia dirawat di ruang 103”. Perawat itu tampaknya sudah mengenal Nara dengan baik, ternyata meski bodoh dia banyak teman juga. “keadaannya sangat kritis, mungkin hidupnya sudah tidak lama lagi, aku harap kau selalu ada didekatnya, dia sangat membutuhkan dukungan orang lain”

            Aku terbelalak dengan perkataan perawat itu barusan, kritis ? aku semakin tidak mengerti dengan keadaan Nara, aku berlari di koridor yang cukup sempit, pikiranku terus terbayang perkataan perawat tadi, ‘keadaannya sangat kritis, mungkin hidupnya sudah tidak lama lagi, aku harap kau selalu ada didekatnya, dia sangat membutuhkan dukungan orang lain’, apa maksudnya ? bukankah selama ini Nara selalu baik-baik saja, dia selalu ceria, tapi kenapa hari ini terasa aneh, apa yang sebenarnya terjadi Nara ? apa yang kau sembunyikan dariku ? aku sangat khawatir......

            Aku hampir sampai, dari balik pintu aku melihat Jaebum sedang berdiri, guru yang menyebalkan itu berdiri dengan tenang sambil memperhatikan sesuatu, tubuhnya sebagian tak terlihat, sehingga aku tak tahu apa yang sedang dilihatnya. Aku mempercepat langkahku, dan dubraakkk aku membanting pintu kamar 103 itu dengan keras, aneh semua tidak melihat kearahku, Jaebum terus menatap sebuah benda yang sedang ditutup kain putih oleh seorang dokter laki-laki, aku melihat sebagian wajahnya, meski tidak begitu terlihat jelas karena tertutup punggung Jaebum. Aku berjalan mendekati Jaebum dan benda yang sudah terbujur kaku itu, aku tidak mengerti kenapa Jaebum terus menangis ? apa ada sesuatu yang membuatnya terluka ?

            “dimana Nara ?”

            “Nara sudah tidak ada, jangan pernah mencarinya lagi !”

            “aku tidak mengerti apa maksudmu ? katakan dimana Nara !”

            “sudah aku bilang ! Nara .... Nara sudah tidak ada, dia sudah pergi, Youngmin ! harus berapa kali aku katakan padamu agar kau mengerti !. kau lihat, gadis yang tertidur dibalik kain putih ini adalah Nara, Nara sudah meninggal Youngmin !”. air mata Jaebum semakin deras membasahi pipinya, tapi aku masih belum percaya dengan perkataan Jaebum.

            “tidak mungkin ini adalah Nara.......” air mataku juga sudah mulai jatuh, tanganku sedikit gemetar saat aku mencoba membuka kain putih itu, setelah benar-benar terbuka, aku melihat wajah yang sangat mirip dengan Nara, wajah yang sangat familiar bagiku, tapi aku tidak percaya, itu pasti hanya patung lilin yang sengaja Jaebum buat untuk menakutiku, kemudian aku pegang pipinya, terasa lembut seperti pipi manusia, tapi aku belum percaya juga, mungkin benar ini Nara, dia pasti sedang bercanda, dia kan suka sekali bercanda, tapi.... terasa begitu dingin tidak seperti biasanya, apa dia sedang kedinginan ? tapi kenapa dia diam saja ? kenapa dia tidak membuka matanya ? dan kenapa ? kenapa wajahnya terlihat begitu pucat ? apa dia sakit ?

            “Nara, ayo buka matamu..... katakan kenapa kau tinggalkan aku sendiri di rumah gudangmu itu ? kenapa kau pergi ? ayo katakan Nara, kau bilang kau menyukaiku, tapi kenapa sekarang kau diam saja, bicaralah  Nara, aku bahkan belum sempat menjawab perasaanmu itu”. air mataku terus berlinang, benarkah yang dikatakan Jaebum kalau kau ini sudah pergi, aku tidak percaya Nara, tapi... kenapa kau terus diam, katakanlah sesuatu. Aku pengang tangannya, ini pertama kalinya aku memegang tangannya, sangat halus tapi terasa dingin sama seperti wajahnya. Ku cium tangan mungilnya itu, tapi dia tetap saja diam. Air mataku semakin deras mengalir ketika aku pegang tangannya. Jaebum benar, Nara memang sudah tidak ada, dia sudah pergi meninggalkanku tidak untuk satu atau dua tahun, tapi untuk selama-lamanya. Aku tidak sanggup Nara, aku mohon kembalilah, jangan pergi.... jangan tinggalkan aku sendiri.... Nara.... bukalah matamu, pandanglah mataku.... aku tidak bisa hidup tanpamu.... air mataku tak bisa aku tahan, terus mengalir bagai anak sungai yang terjun dari atas karang....... aku tidak bisa terima kepergian Nara. Nara yang selama ini aku kenal sabegai gadis yang sangat ceria, ternyata dia sedang sakit, kenapa aku tidak mengetahuinya lebih awal, kalau aku tahu akan jadi seperti ini, aku pasti tidak akan bersikat acuh padamu........ Nara........ aku bahkan belum sempat menjawab perasaanmu itu, tapi kenapa sekarang kau justru pergi meninggalkanku sendiri, kembali ! kembalilah Nara !!

            “Naraaa......... kembalilah !”

            Aku belum bisa terima kepergian Nara, hari ini pun ketika Nara disemayamkan di peristirahatan terakhirnya aku sama sekali tidak datang, aku lebih memilih berjalan kaki di tengah jalan, pandanganku kosong hanya mengikuti kemana langkah kaki akan membawaku pergi, aku tidak lagi menangis aku sudah lelah, aku serasa tidak punya tujuan hidup lagi setelah aku kehilangan gadis yang sangat aku cintai, aku menyesal saat itu tidak langsung menjawab perasaan Nara, dan sekarang ketika aku ingin menjawab ‘aku juga menyukaimu’ dia sudah tidak ada lagi disampingku, rasanya semalam saja masih bercanda, tapi sekarang sudah berpisah untuk seumur hidup. Aku ingin sekali menyusulmu Nara, hidupku tanpamu terasa seperti kupu-kupu yang kehilangan sayap sebelahnya, sangat menyakitkan bahkan sampai tidak bisa terbang.
--------- Youngmin Prov End ---------

           
--------- Jaebum Prov ----------
            Saat pemakaman Nara tadi, aku sama sekali tidak melihat Youngmin ada disana, aku takut terjadi sesuatu padanya, makanya setelah selesai pemakaman, aku memutuskan untuk mencari Youngmin. Aku datang kerumah Nara, disana aku tidak melihat Youngmin, kemudian berkeliling disekitar desa, aku juga tidak melihatnya, akhirnya aku putuskan untuk pulang, tapi... ketika aku ada di perjalanan pulang, aku melihat Youngmin sedang berjalan ditengah-tengah jalan, sepertinya dia tidak punya tujuan. Kemudian aku turun dari mobil dan menghampirinya.

            “Youngmin !”

            Dia berhenti, tapi tidak menatapku. Aku pun berjalan ke arah depannya, “kau sedang apa disini ?”. ketika aku bertanya seperti itu, dia hanya diam tidak mengucapkan sepatah katapun.

            “ada sesuatu yang ingin aku berikan padamu”

            Aku membuka dompetku, tapi bukan untuk memberinya uang melainkan untuk memberikan sebuah amplop kecil berwarna kuning padanya, amplop itu berisi surat yang dititipkan Nara padaku sebelum dia meninggal.....

            Kakak, kalau aku mati nanti, tolong berikan surat ini pada Youngmin ya kak

Kata-kata itu masih terngiang jelas ditelingaku, ku berikan surat itu pada Youngmin. Dia tetap diam sambil menerima surat dariku.

“aku akan menghubungi ayahmu, untuk menjemputmu”

Aku mengerti, perasaannya pasti sedang hancur, maka dari itu aku putuskan untuk meninggalkannya. Sebenarnya aku khawatir pada Youngmin, aku takut dia berbuat nekad setelah kehilangan Nara.
---------- Jaebum Prov End -----------


---------- Youngmin Prov ------------
            Disaat aku sedang berjalan, tiba-tiba aku bertemu dengan Jaebum, dia memberiku sebuah surat, aku memutuskan untuk membaca surat itu dirumah. Ku buka surat itu pelan-pelan.... dan membacanya......


            Dear Youngmin..............

            Apa kabar oppa, mungkin setelah oppa membaca suratku ini, aku sudah benar-benar tidak ada, bukan karena menjauhimu ataupun berlibur ke suatu tempat, melainkan pergi ke tempat yang tak mungkin oppa bisa capai untuk saat ini, tapi yakinlah oppa, kalau kita memang ditakdirkan untuk berjodoh, kita pasti akan bersatu, dan selama itu pula aku akan menunggu oppa disini, entah berapa lama aku pasti akan tetap menunggu.

            Oppa, sebenarnya aku sedang sakit, hidupku tak akan lama lagi. Maka dari itu aku sering meminta oppa untuk menuruti semua keinginanku, aku memang terlalu egois, tapi apa boleh buat, aku tidak ingin menyesal setelah aku mati.

            Terimakasih oppa, selama ini sudah memberi warna di hidupku yang singkat ini, bersamamu, meski maut menjemputku lebih awal, aku sama sekali tidak menyesal. Akan aku ingat masa-masa ketika kita bersama, melihat bulan purnama bersama, bersepeda bersama, makan bersama, dan saat kita berciuman di tengah padang Conola. Semuanya akan aku ukir dengan jelas diingatanku, meski hari ini mungkin aku sudah tidak ada, tak ada penyesalan yang aku rasakan, hanya kebahagiaan, kebahagiaan yang aku rasakan.

            Tersenyumlah oppa, jangan pernah menghilangkan senyum indahmu itu, aku disini baik-baik saja. Oppa sudah berjanji bukan, ketika kita sedang melihat bulan purnama bersama, oppa bilang tidak akan menangis, aku tidak suka melihat oppa menangis ‘jelek sekali’.

            Bangkitlah oppa, pandanglah ke langit, mereka sangat luas. Capailah cita-citamu, buatlah bangga kedua orang tua oppa. Oppa tidak sendiri, masih ada banyak teman yang siap mendukung oppa, sadarilah keberadaan mereka, teman adalah hal terindah yang bisa dimiliki. Jangan pernah melihat kebelakang, karena dibelakang hanyalah ada penyesalan pandanglah kedepan, karena hidup ini masih panjang.

            Oppa, ini adalah surat pertamaku tapi sekaligus surat terakhir untuk oppa. Maaf, maaf selama ini sudah menyusahkan oppa, teruslah semangat oppa, percayalah aku akan selalu disamping oppa dan akan selalu menemanimu kemanapun oppa pergi........

Nara,
nan neul saranghae Youngmin oppa..............


            Ketika aku selesai membaca surat terakhir dari Nara, tiba-tiba pintu terbuka. Aku melihat ayahku masuk dari balik pintu yang terbuka itu bersama Jaebum, sepertinya ayahku sangat marah, wajahnya terlihat menyeramkan. Tapi entah apa yang sedang terjadi denganku, aku langsung saja bangkit dan memeluk ayahku dengan erat, mungkin ayah bingung dengan sikapku ini, tapi aku tidak perduli, aku terus menangis dipelukan ayahku, perlahan wajah marahnya mulai hilang, dia mencoba menenangkanku, mengusap rambutku dan beberapa kali menghapus air mata di pipiku. Aku merasa, meski ayah terlihat galak ternyata dia punya sisi lembut juga.

            “sudahlah, ada ayah disini, temanmu sudah tenang di alam sana..........”
*******
           
Seminggu setelah aku pulang kerumah, aku memutuskan untuk kembali ke duniaku, dunia entertainer, dan malam ini adalah malam yang sangat spesial, aku dan teman-temanku akan tampil di acara KBS World Festival, aku mencoba tersenyum, dan tidak akan menghilangkan senyumanku seperti yang dikatakan Nara. Aku sadar, memang benar yang dikatakan Nara, aku memiliki teman yang sangat baik, Minwoo, Donghyun, Hyunseong, Jungmin, dan Kwangmin, mereka adalah teman satu bandku, aku hampir melupakan mereka hanya karena ke-egoisanku. Benar, teman adalah hal yang terindah yang bisa dimiliki seseorang.

            Dan dalam acara tersebut, bandku ternyata mendapat penghargaan, kami naik panggung dan saling berangkulan disana, aku berdiri paling ujung disebelah kanan. Semua orang berteriak memanggil nama kami dan band kami, aku senang, ternyata semua orang memperdulikan aku dan bandku, mereka semua berdiri sambil memperlihatkan tulisan-tulisan dukungan yang mereka buat. Dan disaat mereka berdiri, tiba-tiba saja aku seperti melihat ada Nara diantara penonton fanatik itu, dia terlihat jauh, begitu jauh hingga terlihat kecil, namun aku masih bisa melihatnya, seperti biasa dia mengenakkan pakaian serba putih, rambutnya tergerai indah, aku terus menatapnya dan tersenyum indah kepadanya, dia membalas senyumanku. Rasanya saat itu aku ingin menangis, tapi aku menahannya meski mataku sebenarnya sudah memerah, aku tidak boleh terus menangis, aku seorang laki-laki, dan laki-laki tidak boleh cengeng. Aku mengangkan tanganku dan mengepalnya, seperti sedang memberikan dukungan. Aku ingin Nara tahu, aku akan tetap seperti dulu, aku yang ceria dan tak kenal putus asa, senyumku semakin lebar kehadapannya, tapi, tiba-tiba saja dia mulai pudar dan mengilang, cahaya putih dari tubuhnya juga hilang.....

            “Nara, inilah jalanku. Kau benar perjalananku memang masih panjang, ternyata aku tidak sendiri, ada banyak teman disisiku, mereka perduli padaku. Dan ayah, sekarang dia jauh lebih baik, ternyata dia sangat menyayangiku tidak seperti yang aku pikirkan.... hidupku terasa berat tanpamu, tapi aku yakin kau akan terus ada disisiku, menemaniku sesuai janjimu........” ucapku dalam hati

            Kemudian aku tatap langit yang sangat indah ini, penuh bintang yang berkelap-kelip. Nara, meskipun kita berpisah, tapi kenanganmu tidak akan hilang dari ingatanku, masih terukir jelas senyumanmu, tawamu, keluguanmu, perhatianmu dan semua tentangmu akan selalu aku jaga di memoriku, bagiku musim semi di Jeju adalah hal terindah yang pernah aku jalani meski hanya sebentar, tapi kenangan tentang dirimu akan terus aku simpan untuk sekarang, besok dan selamanya......

Nan dangsin-ege Nara sarang, nan neol saranghae ...................

Mimpi indahlah di alam sana...........

Good Night..........

<<< The End  >>>
Terimakasih Sudah berkunjung

2 Messages. Jangan Jadi pembaca diam, ayo comment to “Jeju Spring Moment (part 2)”

  • Senin, Februari 13, 2012 8:29:00 PM
    Anonim says:

    hu hu hu...
    akhirannya sedih nih,pengen nangis nhi.
    Akk jadi pengen menghibr oppa young min.
    Qmu pandai sekali buat cerita Mochi.

    delete
  • Senin, Februari 13, 2012 8:44:00 PM

    @may phansa
    hohoho mksh may, jgn bosen2 buat mampir yah. . . .
    Kyaknya km srg bgt mampir ke blognya mochi apa ya. . . .

    delete

Posting Komentar

Total Pageviews

Who Your Favorite Member ??

 

Copyright © 7 Nov 2011 Boyfriend Korean Gallery, Inc. Allright Reserved