English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese

Jumat, 06 Januari 2012

Jeju Spring Moment (part 1)

,


Main Cost :
- Jo Young Min
- Jang Na Raa
- Jang Jae Beom (Nara’s Older Brother)
Author : Boyfriend Korean Fanster
Original Soundtrack :
- Hitt – Good Night
- IU – Good Day

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hay ketemu sama Mochi lagi, kali ini Mochi mau mencoba untuk membuat FanFiction tentang Youngmin Boyfriend. Ini karya pertama Mochi, jadi Mochi mau minta maaf kalau ceritanya kurang bagus.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Jeju Spring Moment (Jeju Saat Musim Semi)

----- Youngmin prov -----
            Namaku Youngmin, Jo Youngmin tepatnya. Aku seorang siswa di Seoul Arts Performing High School, usiaku sekarang 16 tahun. Sekarang aku telah menjadi seorang penyanyi yang sebelumnya telah menjalani trainee selama 2 tahun di JYP, sebenarnya aku sama sekali tak ingin menjadi seorang penyanyi, tapi ayahku yang selalu memaksaku untuk menjadi seorang publik figur. Aku sangat menyesal dilahirkan sebagai anak tunggal dikeluarga yang kaya raya, kalau saja aku punya adik atau kakak, pasti hidupku tidak akan seperti ini, aku lelah, aku lapar, aku ingin istirahat tapi tak bisa, seperti saat itu........

            Saat aku berada di sebuah ruangan yang isinya hanya make-up dan cermin, semuanya tertata rapi memang, tapi entah kenapa aku merasa tidak nyaman berada di ruang tata rias itu. Aku duduk termenung didepan cermin tanpa ada kata-kata yang keluar dari mulutku, aku diam dan pikiranku kosong, wajahku juga tertunduk. Orang-orang ada disekitarku hanya sibuk dengan urusannya masing-masing tanpa ada yang perduli padaku, aku hanya memandangi orang-orang yang berlalu lalang itu, sungguh aku merasa terasingkan, aku merasa kalau aku ini tak dianggap, ingin sekali aku pergi, tapi aku bingung akan pergi kemana. Aku ingin menangis, aku tidak suka seperti ini, aku ingin diperhatikan.

            Setelah berlama-lama duduk di kursi yang ada, kemudian aku menatap cermin yang ada didepanku, aku melihat diriku yang menyedihkan, aku yang sendiri aku yang tak punya teman dan aku yang kesepian. Entah apa yang terjadi padaku, tiba-tiba saja aku terbangun dari kursi itu, aku beranjak pergi, tapi anehnya aku tidak punya tujuan, hanya mengikuti kemana langkah kakiku akan berjalan, dan ketika aku beranjak pergi, aku melihat mereka semua heran melihatku, aku melihatnya dari sudut pandanganku, tapi mereka hanya diam tanpa bertanya padaku.

            Aku membanting setir Mobil Sportku dengan kencang, kali ini aku tidak tahan lagi dengan semua ini, rasanya aku ingin protes saja pada ayahku, aku ingin mengundurkan diri sebagai penyanyi, aku sudah tidak kuat.

            Sesampainya didepan pintu gerbang rumah, satpam gendut berkumis tebal dan pendek itu langsung membukakan pintu untukku. Dan setelah aku masuk kerumah, aku tak melihat ada ayah ataupun ibu, yang aku lihat hanyalah pelayan rumah yang sedang bersih-bersih, seketika pekerjaan mereka terhenti ketika melihatku datang.

            “Abeojiga eodi !” (dimana ayahku !)

            “Tuan Muda, ayah dan ibu tuan sedang pergi ke London, untuk rapat investasi.....”

            “apa ! jadi ayah pergi ke London tanpa sepengetahuanku ! ayah benar-benar keterlaluan !”

            Rasa marahku ini semakin menjadi jadi, hampir memenuhi seisi otakku, aku sudah tidak bisa berfikir positif lagi. Aku pergi ke kamar, tapi bukan untuk tidur, melainkan untuk membereskan pakaianku dan berniat untuk pergi dari rumah. Para pelayan yang melihatku membawa ransel besar, mencoba mencegahku, tapi aku tidak memperdulikan mereka, yang ada di otakku hanya pergi dan pergi, aku benci ayahku !

            Diperjanan, aku merasa lapar aku pun mampir ke sebuah Restaurant Nasi Goreng di pinggiran kota Seoul, tak ada pelayan yang menghampiri, aku beranjak pergi menuju cheff wanita yang sedang memasak nasi dari balik kaca, aku mengenakan kacamata hitam agar tak ada yang tahu siapa aku sebenarnya,  ranselku aku tinggalkan didalam mobil, sedangkan handphone dan kunci mobilnya aku letakkan diatas meja, setelah beberapa lama, cheff itu memberikan semangkuk nasi, dia memandangiku aku takut dia tau siapa sebenarnya aku, aku terasa membatu, tubuhku tidak bisa bergerak seketika, tiba-tiba dia berkata, “sepertinya aku pernah melihatmu ?”

            Aku mencoba agar tidak gugup, “ah anda bisa saja, inikan pertama kalinya kita bertemu.”. aku segera pergi, tapi cheff itu tetap memandangiku.

            Astaga, apa karena penampilanku seperti ini jadi semua orang mulai curiga ? perasaan aku hanya memakai jaket biru tua dengan motif berdera kecil-kecil dan kaos putih biasa yang mungkin banyak dijual dipasar atau karena rambutku yang aku cat pirang gelap ?. Ahh mungkin hanya kebetulan saja, aku makan dengan lahap, mungkin terasa aneh makan sambil memakai kacamata, tapi apa boleh buat, aku tidak mau mereka ribut karena aku. Setelah tinggal beberapa suap lagi aku teringat handphone dan kunci mobilku, aku meraba meja yang aku duduki sambil terus makan, dan............ tidak ada ! kemudian aku mencarinya dikolong, tapi tak ada, aku berfikir mungkin ada di kursi satunya, tapi tak ada juga. Aku mulai kesal, aku pukul meja itu dengan keras.

            “siapa yang sudah mengambil ponsel dan kunci mobilku !”ucapku sambil berdiri dan tak sadar membuka kacamata hitamku juga. Semua yang dari tadi sibuk dengan pembicaraan masing-masing, diam seketika dan memandang kearahku semua.

            “Youngmiiiiiiinnnnnnnnnnnnn.................”

            Teriakan itu membuatku tersadar bahwa aku telah membuka kacamataku, aku gugup sekali, tanpa berfikir panjang aku pun lari dan meletakkan kacamataku diatas meja, “cheff ini uangku, terimakasih. Nasinya enak sekali........... “ tambahku sambil meletakkan selembar uang 10000 won diatas meja, uang itu mungkin berlebih, tapi aku tak peduli.

            “astaga kenapa dari tadi aku tak sadar itu Youngmin............”teriak yang lain

            Mereka mengejarku bersama-sama, aku mulai lelah berlari. Aku pun bersembunyi dibalik tembok gang yang sempit dan sangat kotor, aku melihat mereka sudah tak terlihat lagi. Tapi sialnya ternyata disampingku sudah berdiri seorang wanita tua yang gila, dia memelukku erat, rasanya tulang-tulangku seakan mau remuk, “Lepaskan !”

            Aku berhasil melepas jeratan wanita gila itu, benar-benar sakit. Aku berjalan menuju stasiun kereta terdekat sambil memakai penutup kepala, disana aku memesan tiket ke Incheon, tempat dimana nenekku tinggal, hampir satu tahun aku tak mengunjunginya, aku berniat menenangkan pikiranku disana. Saat menunggu tiket, aku melirik kearah samping kananku, disana ada seorang pria yang kira-kira berusia 30 tahun tepat berdiri disampingku, dia juga sedang memesan tiket, tapi bedanya, tiket yang dia pesan adalah ke Jeju. Dia tersenyum padaku, aku pun membalasnya sambil mengambil tiket yang sudah diletakkan diatas papan kecil. Aku mengambilnya begitu saja, tanpa melihat mana tiket milikku, pria itu juga demikian.

            Kemudian aku pergi kearah nomor gerbong keretaku berada, tapi disana banyak sekali kereta yang berhenti, aku asal masuk gerbong dan sama sekali tidak memperhatikan tujuan kereta itu. Aku duduk di pojokan, aku sendiri lagi, tak ada yang duduk disampingku. Kereta mulai berjalan meninggalkan Seoul, suara kereta kelas ekonomi itu sedikit mengganggu telingaku, tapi apa boleh buat, uangku semua ada didalam mobilku yang terkunci, dan uang yang ada disakuku hanya cukup untuk membeli tiket kelas ini. Aku terus memandangi langit selama perjalanan, aku melihat seekor burung pipit kecil terbang disana, dia sendiri sama sepertiku yang duduk disini. Setelah beberapa lama mataku tiba-tiba terpejam dan tidur.

            Rasanya baru 1 menit tertidur, tiba-tiba ada yang membangunkanku. Ya, dia petugas penarik tiket, dia gendut dan sangat menyeramkan. Aku terbangun dan langsung memberikan tiketku, tapi setelah petugas itu mengecheck tiket milikku, tiba-tiba saja dia berkata, “alaelo !!!” (turun !!!)

            “dangsin-eun mueos-eul uimihabnikka ??” (apa maksudmu ??)

            “jangan bercanda, kenapa kau masuk ke kereta dengan tiket ke Incheon ! “

            “bukankah ini kereta ke Incheon ?”

            “apa kau tidak melihat papan stasiun tadi ini kereta ke Jeju, sekarang turun !”

            Aku benar-benar kesal hari ini, sudah kecopetan, tidak punya uang, bajuku bau dan sekarang aku diturukan ditengah jalan tanpa belas kasihan. “dasar petugas sialan !”

            Kesal kesal dan kesal............. aku kesal dengan semua orang, apalagi sekarang aku sendiri, didepanku terhampar bunga-bunga Conola kuning yang sangat banyak, kupu-kupu yang beterbangan juga banyak, warna-warni indah sekali. Tapi sayang pemandangan yang super indah itu sama sekali tak bisa menyentuh hatiku, hatiku justru semakin kesal, ku ambil sebilah bambu kecil yang ada di samping bawahku. Dan ............. aku pukuli tanaman Conola itu tanpa ampun, ku sabit mereka hingga bunga itu rontok dan bertaburan kemana-nama.

            “nan kkoch-i silh-eo ! naega nabi silh-eo ! nan-i Jeju silh-eo !” (aku benci bunga ! aku benci kupu-kupu ! aku benci Jeju ini !)

            Aku berteriak seperti itu berkali-kali, seperti orang gila memang, berlari kesana kemari, pukul sana pukul sini, mirip sekali dengan orang gila, tapi itu satu-satunya yang bisa membuatku lebih baik, dan karena teriakanku itu suaraku menjadi serak. Ternyata ladang bunga itu lebih luas dari yang aku kira, hampir satu jam aku membabi buta bunga Conola, mereka masih tetap ada sedangkan tenagaku sudah mulai habis. Aku jatuhkan sabit itu ke tanah, dan ditengah-tengah ladang bunga itu aku duduk, lelah sekali, nafasku terengah-engah, haus dan sangat lapar, tapi apa yang akan aku makan, yang ada didepanku hanyalah bunga, mana mungkin aku akan memakan bunga, aku ini masih waras. Dan air...... aku ingin sekali minum, memang diseberang sana ada laut, tapi masa aku harus minum air laut, itu sangat tidak enak.

            “dangsin-eun mog-iibnida ?” (apa kau haus ?)

            Tiba-tiba saja suara perempuan terdengar dari belakangku, sebenarnya aku takut, aku pikir itu hantu penunggu ladang bunga yang sudah aku rusak ini, aku rasa hantu itu marah karena aku sudah mengganggunya. Aku kumpulkan semua nyaliku untuk menghadapnya, meski hatiku sangat dag dig dug, dia pasti sangat menyeramkan. Dan ketika aku menoleh, aku langsung berteriak, “aaaaaaaaahhhhhhhhhhhh”

            “aaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh”

            Aku benar-benar kaget ketika melihatnya, dia sangat cantik, tinggi dan berkulit putih, dia mengenakan baju berwarna putih bersih, seperti long dress hanya saja sampai dibawah lututnya, dia mirip Gu Miho di film Nine Tails Fox yang pernah aku lihat. Tapi mana mungkin Gumiho itu ada apa aku tidak percaya, sangat tidak percaya. “kenapa kau ikut teriak. A... apa kau hantu penunggu ladang ini ?”

            “hah ? siapa ? aku ? bukan aku ini manusia, aku tidak tega melihatmu kelelahan seperti itu setelah merusak bungu-bunga ini, makanya aku datang kemari untuk memberimu air, siapa tahu kau kehausan.”

            “aku tidak perlu belas kasihan darimu !”

            “benarkah ? ya sudah, aku pergi saja” ucap perempuan itu sambil melangkah pergi.

            Sebenarnya aku sangat ingin minum air yang dibawanya, tapi aku merasa sangat malu kalau harus menerima pertolongan dari seorang gadis, mau ditaruh dimana mukaku yang keren ini. Tapi tiba-tiba saja mulutku berkata tanpa aku sadari, “tunggu dulu, aku ingin minum !”

            Sepertinya dia berbalik ketika mendengar suaraku, dia berjalan kearahku, aku bisa melihatnya dari sudut mataku ini meski aku tak memandang wajahnya. Dia berjongkok disampingku, dan tanpa ada hitungan aku langsung merebut botol air yang dibawanya, dan kurang dari 10 detik, botol itu sudah kosong, hoah aku lega sekali.

            “dangsin-i baego peuseyo ?” (apa kau lapar ?)

            “ani ! jeonhyeo !” (tidak ! sama sekali tidak !) balasku ketus. Lagi-lagi aku bicara padanya tanpa melihat wajahnya, entah kenapa aku tidak suka dengan sikapnya yang sok perhatian, dan lugu seperti itu. aku sangat heran padanya, kenapa dia tidak meminta tanda tanganku, biasanya kan setiap ada gadis yang melihatku mereka pasti langsung meminta tanda tangan, tapi kenapa gadis ini tidak.

            “ya sudah, kalau kau tidak lapar. Aku tinggal saja, aku mau pulang”. Dia berdiri hendak pergi, tapi lagi lagi dan lagi aku mencegahnya. Apa dia tak mengerti basa-basiku ini, aku ini sangat ingin makan, paling tidak bujuklah dulu, tapi gadis ini kalau sekali bilang ‘tidak’ diartikan tidak mau, apa boleh buat, sebenarnya malu seribu malu, mengatakan hal seperti ini, tapi.........

            “........ aku lapar aku ingin makan, apa boleh aku makan dirumahmu ?.....”

            “tadi kau bilang kau tidak lapar, tapi kenapa sekarang kau bilang lapar ?”

            “ashhhh. Kau banyak bicara, mana makanannya”

            “makanannya ada dirumah, apa kau mau datang kerumahku”

            Saat masih beberapa meter dari rumahnya, sebenarnya bulu kudukku sudah berdiri, aku merasa takut, apalagi sepanjang perjalanan berkali-kali aku berpapasan dengan..... dengan pohon besar, sejak kecil aku sering ditakuti oleh teman-temanku, mereka bilang selalu ada hantu di pohon yang besar, aduh benar-benar seram, ternyata di Jeju yang terkenal indah ini ada juga tempat yang seram.

            “kau yakin ini jalan kerumahmu ?” aku bertanya dengan sedikit was-was. Dia hanya mengangguk. “disini seperti tidak ada orang, a.. aku takut..... “

            Dia benar-benar aneh, aku pun mulai yakin kalau dia memang Gumiho, astaga aku seperti Dae Woong saja. Tiba-tiba ia berhenti, aku jadi tambah dag dig dug, sepertinya benar dia itu Gumiho. Oh Tuhan, apa dia akan memakanku ?

            “wae eolgul-i neomu ginjangdoego ? naleul museowo ?” (kenapa mukamu tegang sekali ? apa kau takut padaku ?)

            “se sebanarnya aku ini sedang berfikir, apa kau ini seorang Gu-Mi-Ho ?”

            “Gu-Mi-Ho ? apa itu nama seseorang ?”

            “apa ! Itu nama rubah setan ! jangan bilang kau ini tidak tahu apa itu Gumino”

            Dia hanya menggelengkan kepala tanpa ada satu kata pun yang terucap dari mulutnya. “.... astaga....... jangan-jangan kau juga tidak tahu siapa aku sebenarnya”

            “aku tahu siapa kau”.

            Hatiku merasa berbunga-bunga, tapi seketika hatiku yang berbunga-bunga ini langsung hilang saat aku mendengar dia berkata, “kau itu laki-laki aneh yang sedang kelaparan, iya kan ?”

            Aku sama sekali tidak nyambung dengan gadis ini, yang aku maksud itu diriku yang seorang artis terkenal, apa dia benar-benar tidak pernah melihatku di TV ?, astaga Tuhan kenapa aku harus bertemu dengan orang seaneh dia ?.

            “bukan itu yang aku maksud ! “

            “lalu, apa yang kau maksud ?” ucapnya sambil menatap mataku.

            “........a aku ini............ sudahlah ! tidak perlu dibahas ! aku lapar !” ucapku ketus. Aku bingung, apa yang sebenarnya terjadi denganku ? kenapa aku merasa gugup sekali saat gadis ini menatap mataku ? apa aku jatuh cinta padanya ? tidak, itu tidak mungkin !

            “... kenapa kau diam ?” tanya gadis itu membangunkan lamunanku.

            “haah, tidak apa-apa. Siapa namamu ?”

            “aku, aku Nara, Jang Nara.” Jawabnya sambil memegang tanganku seketika, padahal aku sama sekali tidak menyadorkan tanganku padanya. Dan apa yang aku rasa, wajahku terasa panas, dan jantungku jadi dag dig dug, tapi kali ini bukan karena aku takut, melainkan.......... tidak ! kenapa aku berpikiran seperti ini, secepat kilat aku pun melepaskan genggaman tangan lembutnya.

            “aku Youngmin, Jo Youngmin”

            “namanya bagus sekali, seperti orangnya”

“apa maksudmu ?”

            “Tidak apa-apa. Ayo cepat, kau bilang kau ini lapar.” Ucapnya sambil menarik tanganku lagi dan terus menggenggam tanganku selama perjalanan, beberapa kali aku melihat genggamannya, dan hatiku ini semakin tidak karuan. Tapi.... entah kenapa aku tidak mau melepaskan genggamannya kali ini, astaga Tuhan....... apa aku jatuh cinta ?
*******
           
10 menit kemudian aku sampai dirumahnya, dan seperti dugaan, rumahnya hancur, lebih mirip gudang daripada sebuah rumah, kaca depan sudah banyak yang pecah, cat temboknya juga sudah mulai pudar, di halaman rumah, bukannya ditanami bunga justru ditanami pohon jati yang besar, halaman itu juga lebih mirip ladang sampah dari daun jati yang sudah mengering daripada sebuah halaman rumah, ketika angin datang, daun-daun itu beterbangan, disekitar rumahnya aku sama sekali tidak melihat rumah lain alias tetangganya. Aku sangat tidak nyaman, tapi apa boleh buat aku sangat lapar.

Di dalam rumah, juga sama sangat berantakan sempit dan tak terurus. Disana hanya ada satu meja dan tiga kursi yang diletakkan ditengah-tengah ruangan, aku benar-benar heran. Aku melihat sekitar, banyak buku yang berceceran, disudut ruangan ada sebuah kursi sofa panjang berwarna coklat yang sudah sedikit rusak. Aku benar-benar bingung, kalau rumahnya saja tidak ada apa-apanya lantas setiap malam dia tidur dimana, kasur saja tak ada. Aku kemudian duduk di kursi itu, tapi pandanganku tak mau lepas dari suasana sekitarku.

“ada apa ? kenapa kau melihat rumahku seperti itu ?” ucap Nara tiba-tiba, suaranya yang lucu itu mengalihkan pandanganku. Aku melihat dia membawakan sebuah piring makan, entah apa isinya yang jelas aku yakin rasanya pasti tidak enak.

“apa tidak boleh ? rumahmu ini lebih mirip dengan gudang tahu...........”

“kau ini, jangan menghina rumahku” balasnya sambil meletakkan piring itu diatas meja. Aku langsung saja menyicipinya tanpa permisi. Nasi goreng dengan kacang polong itu ternyata sangat enak, tidak seperti yang aku pikirkan, tanpa basa-basi aku langsung melahapnya.

“joh-eun eotteon mas-i ?” (apa rasanya enak ?)

“cam-eul su-issneun” (lumayan)

“kalau aku lihat, ternyata kau ini tampan sekali..........”. Ketika aku mendengar ucapannya, tiba-tiba aku tersedak, ohokk ohokk. Tenggorokanku sakit. “ini minumnya. Kau kenapa, apa ada yang salah dengan ucapanku ?

“tentu saja, kau ini mengagetkanku !”

“aneh, hanya mengatakan kau ini tampan masa langsung kaget. Oh ya, kau ini darimana, kenapa kau bisa ada di padang Conola. Apa kau tersesat ?”

“kau pikir aku ini anak kecil ! tersesat !”balasku dengan suara keras. “hari ini aku sial sekali, sudah ponsel dan kunci mobilku dicuri orang, sekarang aku salah naik kereta”

“bukannya setiap jalur kereta selalu ada tulisan tujuannya ?”

“tentu, tapi saat itu aku tidak memperhatikannya. Yang aku perhatikan hanya nomor gerbongnya saja. Dan hasilnya, bukannya aku pergi ke Incheon malah tersesat di Jeju”

“haahhah rupanya kau memang tersesat bukan ?”

“ani !!” (Tidak !!)

“apa kau ingin pulang ke rumahmu ?”

“sebenarnya aku tidak ingin pulang, aku hanya ingin pergi kerumah nenekku. Aku sedang kesal dengan ayahku, dia itu terlalu mengekangku. Dia tidak pernah memberiku kebebasan, dan sebenarnya hari ini juga aku berniat untuk kabur, tapi sayangnya aku sedang sial. Apalagi sekarang ini, aku bertemu dengan gadis aneh sepertimu !”

“aku aneh ? apa maksudnya ?”

“cari tahu sendiri !”

“ya sudah. Lalu malam ini kau mau tidur dimana ? apa kau mau tidur dirumahku ?”

“itu tidak mungkin. Aku ini laki-laki dan kau ini perempuan, nama boleh tinggal satu atap. Aku akan tidur di padang Conola”

“disana dingin sekali. Dan kata orang kalau malam-malam itu sering ada penampakan hantu wanita cantik yang siap memakanmu”

Aku sedikit merasa takut dengan perkataannya, dan aku tiba-tiba saja melirik samping kanan kiriku. “kau jangan menakutiku seperti itu !”

“hahhahhahahah kau ini ternyata penakut ya”

Dia menertawaiku, aku benar-benar tidak suka dengan cara tertawanya yang lebih mirip  iblis daripada seorang wanita. “ibdagchyeo !” (Diam !)

“baiklah. Sebaiknya malam ini kau tidur disini saja, lagipula disekitar sini tidak ada rumah lagi.”

“aku tidak mau ! disini tidak ada kasur atau alas tidur, kalau aku tinggal disini, aku harus tidur dimana ?”

“kau bisa tidur di sofa”

“apa ! tidak mau. Badanku bisa pegal semua”

“kau ini. Tapi tunggu dulu, sepertinya aku punya kasur. Tunggu sebentar, akan aku ambilkan”. Dia beranjak pergi kearah belakang, aku hanya melihat kearahnya, cara larinya benar-benar aneh seperti orangnya.

Dan tak lama kemudian, dia kembali sambil membawa kasur berwarna putih yang sudah rusak. aku pikir dia punya kasur yang benar-benar kasur, tapi ternyata kasur bekas yang sudah rusak, astaga, mana mungkin aku mau memakai kasur seperti itu, dasar gadis bodoh !.

“apa itu yang dinamakan kasur ?”

Dia hanya mengangguk, kemudian meletakkan kasur itu dilantai dan merapikannya. “ini lumayan nyaman, coba saja”

“tidak ! itu lebih mirip sampah daripada kasur.”

“ya sudah, kalau kau tidak mau tidur disini, silahkan pergi saja. Lagipula hari sudah gelap, aku mengantuk, aku mau tidur. Kalau sudah keluar, jangan lupa tutup pintu.”. dia terlihat sama sekali tidak perduli padaku, dia justru tiduran di kasur itu, dia benar-benar menyebalkan !

“baiklah aku akan tidur disini !”
------ Youngmin Prov. End -----
******


------ Nara Prov ------
            Namaku Nara, hari ini adalah hari keberuntunganku, mau tahu kenapa ? hari ini aku bertemu dengan seorang pangeran seperti yang ada di Negeri dongeng, dia sangat tampan, apa lagi saat ini dia sedang tidur dirumahku. Aku senang sekali, akhirnya ada juga teman yang mau bersamaku.

            Youngmin tidur lebih awal, sebelum jam 7 PM dia sudah terlelap. Wajahnya lucu sekali saat tidur, aku tahu dia pasti tidak nyaman tidur di kasur bekas seperti itu. aku berjalan mendekatinya, dan jongkok didekatnya. Dia bahkan lebih tampan kalau dilihat dari dekat. Hah aku ini kenapa, tidak seperti biasanya perasaanku seperti ini kepada seorang laki-laki. Apa aku jatuh cinta padanya ? ah itu tidak mungkin, tapi ....... ah apa yang sedang kau pikirkan Nara mana mungkin Youngmin bisa suka padamu ? tapi .......... aku ingin dia selalu ada didekatku, meski hanya sebentar, itu tidak apa-apa. Tuhan andai saja Engkau beri aku umur yang lebih, akan aku habiskan sisa waktuku bersamanya, aku, aku mencintaimu sejak pertama kali melihatmu Youngmin. Ah memang benar yang dikatakan Youngmin, aku memang aneh disaat seperti ini saja masih bisa tersenyum.

            Malam ini sepertinya purnama, pikirku sambil berjalan ke arah jendela, ternyata benar ketika aku melihat ke langit, bulan purnama sudah muncul, begitu terang, rumahku saja yang tidak ada lampunya bisa jadi terang, astaga indah sekali, pasti lebih indah kalau melihat bulan purnama didekat pantai.

            “Youngmin, choedae Youngmin, weikeu....... aleumdaum gaewol” (Youngmin, Youngmin bangunlah. Ayoo bangun....... bulannya indah sekali). Berkali-kali aku menggerakan tubuhnya, tapi dia sama sekali tidak bergerak, terus tidur dan tidur. Kemudian aku mencubit pipinya dengan keras.

            “Aaauuuuuu !!!!!”. dia terbangun dan berteriak keras

            “akhirnya bangun juga. Ayo kita ke pantai.”

            “apa ! malam-malam begini ? ini sudah jam 12 malam. Aku tidak mau, aku mau tidur saja.”

            “Kau tidak boleh tidur, kali ini saja temani aku lihat bulan dipantai. Aku mohon....... “

            “Tidak mau !”. dia kembali memejamkan matanya

            “Youngmin, aku janji setelah ini aku tidak akan memintamu untuk menemaniku lagi. Ayolah Youngmin.............. “

            “kau ini berisik sekali ! baiklah tapi sebentar saja.”

            “iya. Terimakasih Youngmin oppa”

            Saat dipantai, aku benar-benar kagum, pantai Jeju malam ini terlihat berbeda dari biasanya. Padahal kalau dipikir-pikir karang dan batuannya masih tetap sama, pasirnya juga, lantas apa yang membuat berbeda ? apa karena ada Youngmin ? mungkin iya. Huh mungkin ini terakhir kalinya aku melihat Bulan Purnama di pantai Jeju ini, setelah ini.............

            “wae jeongmal boleumdal-eulbolbogo sip-eohabnikka ?” (Kenapa kau sangat ingin melihat bulan purnama ?)

            Ucapan Youngmin membangunkanku dari lamunan, aku melihat kearahnya. Sinar bulan yang terang, memancar ke wajahnya, dia semakin terlihat tampan, apalagi saat ini dia tersenyum padaku, oh Tuhan senyumannya indah sekali, baru pertama kali ini aku melihat Youngmin tersenyum, sedari tadi siang dia hanya marah-marah tapi sekarang dia tersenyum.

            “emm tidak apa-apa, siapa tahu besok aku tidak bisa melihat bulan Purnama lagi. Jadi sayang kalau malam bulan purnama dilewatkan.”

            “ucapanmu seperti orang yang mau mati saja”

            “hah, benarkah ? kalau aku mati, apa kau akan menangis ?”

            “untuk apa aku menangisi gadis aneh sepertimu, gadis aneh yang pergi ke pantai tanpa alas kaki.....”

            “hahha aku lebih suka telanjang kaki. Tapi kau harus berjanji agar tidak menangis yaah. Kalau kau menangis akan aku patahkan tulangmu !”

            “kau ini, rasa percaya dirimu itu terlalu tinggi”

            “mungkin, tapi tidak apa-apa”

            Tiba-tiba aku melihat sebatang kayu yang tergeletak tak jauh dariku, aku segera mengambilnya, dan Youngmin melihat kearahku, aku tahu itu. entah apa yang sedang aku pikirkan saat itu, tiba-tiba saja aku menulis “Youngmin Nara” dengan hangul. Youngmin hanya tertawa, dia semakin terlihat manis dengan cara tawanya yang seperti anak-anak.

            “Aaaaaahhhhh........... “ aku terkejut, tiba-tiba saja ada yang mencipratku dari belakang. Dan itu ternyata Youngmin, dia ternyata suka iseng juga, dia tersenyum evil.

            “untuk apa kau menulis Youngmin Nara seperti itu ?”

            “apa tidak boleh ? hhuuuh........”. aku membalas cipratannya dengan air yang banyak, bahkan sampai tanganku penuh air dan........ craattt bajunya basah, dia terlihat marah, aku jadi takut padanya. “maaf”

            “haissszzzhh aku balas kau !” ucapnya sambil menciprat lagi padaku bahkan kali ini cipratannya lebih banyak dari yang aku lakukan tadi.

            Beberapa kali kami saling menciprat, dan sekarang baju kami jadi basah semua. Huuh Youngmin kalau saja dia tidak memulai duluan pasti tidak jadi begini. Tapi, entah kenapa aku justru senang, Youngmin juga terlihat seperti itu, wajahnya terus tersenyum, indah sekali, senyumannya itu selalu mengalihkan pandanganku, aku ingin terus melihat senyumannya itu, aku tidak mau senyumannya itu hilang.
********
           
            Setelah sampai dirumah, aku baru ingat kalau Youngmin sama sekali tidak punya baju ganti. Dia datang dengan tangan kosong, lalu apa yang harus aku lakukan ? aha aku ingat, aku masih menyimpan kemeja milik kakakku, aku pinjamkan saja kemejanya pada Youngmin.

            “ini, pakailah baju kakakku. Meski jelek, tapi lebih baik daripada kau kedinginan.”

            Aku sepertinya mengejutkannya dengan perkataanku ini. Kemudian aku berikan baju itu padanya, aneh kali ini dia menerimanya tanpa protes, apa dia senang dengan baju itu atau hanya karena terpaksa tidak ada baju lain. Dan ketika dipakai..... eh ternyata terlalu besar, astaga parasaan kakakku itu tidak gendut, tapi kenapa terlalu besar, apa dia yang terlalu kurus ?

            “sepertinya terlalu besar.... “

            “lumayan” ucapnya sambil menggulung lengan baju yang terlalu besar itu, nampaknya dia kesulitan, akupun mencoba membantunya, sepertinya dia tidak keberatan. Memang benar saat aku memegang lengannya.... ya ampun memang benar dia terlalu kurus, apa dia tidak pernah makan, atau jangan-jangan tidak pernah diberi makan ? haha Nara kau ini ada-ada saja.

            “kau seperti makhluk yang hanya memiliki tulang tanpa daging............”

            “apa ! apa kau sedang menghinaku ?”

            “hahaha sepertinya begitu, seharusnya kau itu banyak makan agar badanmu tidak terlalu kurus. Kalau kau terlalu kurus nanti tidak ada gadis yang menyukaimu........”

            “sudahlah diam. Tapi sebenarnya ini baju milik siapa ? apa milikmu ?”

            “bukan, ini milik kakakku.”

            “kau punya kakak ?”

            “iya” jawabku ketika aku selesai menggulung lengan bajunya. “tapi rumah kakakku rumahnya jauh dan ada ditengah kota”

            “kenapa kau tidak tinggal bersama kakakmu ? kenapa kau lebih memilih tinggal di gudang seperti ini ? tidak pantas sekali seorang gadis tinggal di tempat seperti ini”

            “aku ini tidak suka keramaian. Kepalaku sering pusing kalau terlalu banyak mendengar suara. Makanya aku lebih memilih tinggal sendiri di Jeju ini.”

            “sudah pagi, tidak bisa tidur lagi.......” ucapnya mengalihkan pembicaraan

            “apa kau masih mengantuk ?”

“sebenarnya iya, tapi sudah pagi jadi malas untuk tidur lagi. Kau punya sesuatu yang menarik ? misalnya permainan atau tebak-tebakan ?”

“tidak”, jawabku singkat. “tapi aku punya sepeda. Apa kau mau naik sepeda bersamaku ?”. sebelum Youngmin menjawab pertanyaanku, aku keburu pergi, sepertinya aku terlalu semangat sehingga tak peduli apapun jawaban Youngmin nanti.

Setelah sepeda itu sudah didepan mata Youngmin, dia hanya melihatnya dan menggarukkan kepala, aku pikir kepalanya gatal atau berketombe sehingga digaruk terus, tanpa berpikir panjang aku juga ikut menggaruk kepalanya. Rambut uniknya itu aku acak-acak tidak karuan.

“kau ini sedang apa. Kenapa kau ikut menggaruk kepalaku ?”

“ku pikir kepalamu itu gatal, makanya aku coba membantumu menggaruk kepala. Apa ada yang salah ?”

“salah besar. Aku ini sedang bingung, bukan gatal. Dasar bodoh !”

“maaf. Tapi bingung kenapa ?”

“hehehhehe sebenarnya..... sebenarnya..... sebenarnya........” jawabnya. “sebenarnya aku sama sekali tidak bisa naik sepeda” lanjutnya dengan suara super cepat, lebih mirip dengan suara rapper tingkat speedy. “Sejak kecil tidak ada yang mengajariku naik sepeda, makanya aku sama sekali tidak bisa, heheheheh”

“ooohhhh. Ya sudah kalau begitu aku yang didepan, dan kau yang naik dibelakang. Bagaimana ?”

“benarkah ? sebenarnya sedikit memalukan, tapi aku juga ingin naik sepeda. Baru pertama kali ini aku naik sepeda........”

Aku senang akhirnya Youngmin mau naik sepeda bersamaku, aku tidak bisa menghilangkan senyuman ini dari bibirku, aku senang benar benar senang. Tapi jujur saja meskipun badannya kurus tapi ternyata dia berat juga, aku mulai kelelahan, tapi tidak apa-apa demi Yougnmin oppa apapun akan aku lakukan.

Kami menyusuri tepian ladang Conola, dan sepanjang perjalanan Youngmin terus berteriak, teriakannya sangat keras dan hampir membuat gendang telingaku mau pecah, tapi aku juga senang melihat dia bahagia. Kemudian aku mengayuh sepedaku kearah tepian pantai Jeju yang berpasir putih. Pantainya terlihat cantik sekali, apalagi saat itu matahari baru saja muncul, warna merah jingganya benar benar indah. Aku berhenti sejenak disana, dan tanpa ada hitungan Youngmin turun dari tempatnya, aneh padahal aku tidak menyuruhnya untuk turun, dia berjalan mendekat ke pantai.

“aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” teriaknya dengan sangat keras, dia terlihat aneh padahal tidak ada yang iseng atau mencipratnya, tapi dia terus berteriak seperti orang gila. Astaga apa karena dekat-dekat denganku dia mulai jadi gila...........

“oppa, kau kenapa ?”

Youngmin membalikkan badannya, “aku tidak apa-apa” jawabnya dengan senyum indahnya yang selalu saja mengalihkan pandanganku.

“lantas kenapa kau berteriak ?”

“hanya untuk senang senang. Rasanya nyaman sekali kalau sudah berteriak. Penatku rasanya hilang. Apa kau mau coba ?”

Aku hanya menganggukan kepala dan berjalan mendekat padanya, “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...............”. aku mencobanya, memang benar, rasanya lebih lega. Serasa tidak ada beban atau rasa takut, seketika semuanya hilang.

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” Youngmin berteriak lagi

“aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh..............”

Aku senang sekali, sangat senang. Nampaknya Youngmin juga senang, dia terus tersenyum, aku berharap dia bisa terus tersenyum, tidak boleh ada tangis ataupun marah. Wajahnya yang bersinar, seakan melunturkan hatiku, aku ingin terus hidup, tapi apakah mungkin ??
------------- Nara Prov End ---------------
*******

------------- Youngmin Prov --------------
            Hampir satu minggu aku tinggal dirumah Nara, hampir setiap hari dia mengajakku bersepeda mengitari pantai dan ladang Conola, aku merasa senang sekali, meski sebenarnya aku malu kepada Nara gara-garanya aku sama sekali tidak bisa naik sepeda dan hanya bisa memboncengnya saja. Selama aku tinggal dirumah Nara, aku merasa sangat aneh, padahal biasanya aku paling tidak betah tinggal ditempat yang sempit, kotor dan tidak terurus, tapi...... kenapa, kenapa dirumah Nara aku merasa sangat nyaman dan senang, apa karena dia selalu membuatku tertawa dengan tingkah lugunya ? atau karena kepolosannya ? tidak, tidak hanya itu yang aku rasakan, aku sama sekali tidak bisa mengungkapkannya melalui kata-kata, tapi hati ini berkata ‘aku butuh Nara disampingku, aku tak mau kehilangannya, aku ingin dia menjadi milikku selamanya’, astaga aku benar-benar mulai gila, tidak mungkin aku jatuh cinta padanya, dia hanya gadis biasa yang tak punya keistimewaan, untuk apa aku suka padanya ?

            Sudahlah jangan dipikirkan,  hari ini aku berniat ingin menelphone Nenekku, aku ingin bilang kalau aku ini sedang di Jeju, aku ingin nenek menjemputku dan membawaku ke Incheon, tapi apa mungkin disekitar sini ada telephone umum ? aku sedikit ragu, tapi tidak ada salahnya aku bertanya kepada Nara.

            “apa disekitar sini ada telephone umum ? aku ingin menelephone nenekku”

            “issda” (ada)

            “dimana ? tidak jauh kan ?

            “tidak. Hanya 2 km dari sini”

            “hah”. Aku sangat terkejut ketika dia bilang ‘hanya 2 km dari sini’ dengan santainya, apa dia tidak bisa membandingkan mana tempat yang jauh dan mana tempat yang dekat, dasar gadis aneh !. “kau bilang hanya 2 km ? itu sangat jauh tau !”

            “benarkah ? aku pikir tidak. Mau aku antarkan ?”

            “yang benar ? apa nanti kau tidak lelah ? kau ini kan seorang gadis ?”

            “kalau belum dicoba kan belum tahu. Ayo kita naik sepeda biar lebih cepat.”. lagi-lagi dia menawariku, lama-lama aku mulai tidak enak dengannya, dia terlalu baik padaku, padahal selama ini aku selalu ketus padanya.

            Aku kagum seribu kagum, dia bisa mengayuh sepeda menyusuri jalan sejauh 2 km tanpa lelah. Dia bahkan terus tersenyum dan mengajakku bicara, sungguh gadis yang aneh tapi menyenangkan, aku juga mulai aneh dengan diriku sendiri, kali ini aku ingin sekali mengaitkan tanganku dipinggangnya, padahal biasanya aku sama sekali tidak mau, tapi kali ini.......... aku kaitkan erat tanganku dipinggangnya itu, sepertinya dia juga tidak keberatan, nyaman sekali aku serasa memeluknya dari belakang, hangat sekali, aku juga menempelkan pipi kananku di punggungnya, meski punggungnya itu tidak empuk dan bisa dibilang hanya tulang, bahkan aku pikir dia itu lebih kurus dariku, tapi entah kenapa aku nyaman-nyaman saja.

            Aku senyum-senyum sendiri, aku tidak tahu kenapa tapi rasanya aku ingin terus tersenyum, tersenyun dan tersenyum, hahah aku bahkan lebih terlihat seperti orang gila daripada orang waras, tapi tidak apalah yang penting kali ini aku bisa memeluk Nara jelek ini.

            Setelah satu jam, aku sampai didepan sebuah box telephone umum ditepi jalan, aku segera turun dan langsung memasukkan 2000 won, kemudian menekan nomor nenek, untung saja aku hafal. Cukup lama nenek mengangkatnya, huh aku benci menunggu, tapi tak lama kemudian terdengar suara nenek.

            “hallo, siapa ini ?”

            “ini aku Youngmin, nek”

            “ooh kau nak. Ada apa menelephone nenek ?”

            “aku.......... “ tiba-tiba saja ucapanku terhenti ketika melihat Nara yang sedang berdiri menungguku diluar sana, dia memperhatikan sekeliling, beberapa kali aku melihatnya memandang langit, sepertinya gerimis. Dia menengadahkan tangannya, dan memandang langit. Astaga, kenapa pandanganku tak mau lepas darinya ? jujur saja dia memang benar-benar cantik, lebih cantik dari Gumiho yang ada di Film. Wajah cantiknya itu juga membuatku lupa akan pembicaraanku dengan nenek, aku justru sibuk memperhatikannya daripada berbicara apa tujuanku dengan nenek. Tiba-tiba angin berhembus pelan kearahnya, rambut hitam panjang yang sedikit ikal itu pun terbelai, sangat mempesona. Benar, aku memang jatuh cinta padanya, tapi aku malu mengungkapkannya.

            “Young, young..... kenapa diam ? apa ada masalah” ucap Nenek membangunkanku dari lamunan.

            “ehh, tidak nenek. Sebenarnya aku....” jawabu lagi-lagi terputus. “hallo nenek, nenek !”. telephone itu mati, mungkin karena uang yang aku masukkan kurang sehingga tidak bisa berlama-lama telephone. Lagi-lagi aku sial !

            “bagaimana ? nenekmu akan menjemputmu ?” tanya Nara ketika aku baru saja keluar dari box telephone.

            “uangku tidak cukup untuk telephone”

            “kalau begitu pakai uangku saja” ucapnya sambil memperlihatkan uang 10000 won padaku. Aku benar-benar tidak enak padanya, kenapa dia selalu baik padaku, dia sudah mengantarku, sekarang dia memberikan uangnya untukku. Ohh tidak aku terasa kecil sekali jika disisinya, dia baik sekali seperti malaikat, dan aku seperti iblis yang selalu menyusahkannya. Sehingga aku putuskan untuk menolak pemberiannya kali ini, “tidak, tidak usah”

            “wae ?” (kenapa ?)

            “geugeon jung-yohaji anh-ayo” (tidak apa-apa) jawabku singkat. “naneun jajengongeleul tago baeugo sipdamyeon, dangsin-eun nal galeuchayeo sip-eun ? (aku ingin belajar naik sepeda, apa kau mau mengajariku ?) aku malu terus terusan memboncengmu !”

            “apa tidak salah ucapanmu itu ?”

            “tidak !”

            Diperjalanan pulang, sepanjang tepian sungai dia bersusah payah mengajariku naik sepeda, beberapa kali aku akan terjatuh, tapi dia selalu memegangiku. Aku merasa, aku ini sangat bodoh, naik sepeda saja tidak bisa, sebenarnya aku takut terjatuh, tapi Nara selalu bilang ‘kalau semakin sering jatuh nanti akan semakin bisa’, ucapannya lama-kelamaan merasuk ke otakku, aku mulai tidak takut. Aku tertawa keras, Nara juga, aku tertawa karena kebodohanku, tapi Nara dia tertawa kenapa ?

            Hahaha aku tak peduli alasan Nara ikut tertawa, yang penting hari ini aku senang sekali. Inilah hidup yang aku cari, hidup yang penuh tawa tanpa ada rasa tegang, takut ataupun keterpaksaan. Aku ingin selalu begini, aku ingin melupakan hidupku sebagai seorang artis yang selalu dituntut untuk tampil sempurna, aku tidak suka. Aku ingin seperti ini terus, meski aku sampai tidak pernah ganti baju selama 1 bulan pun tidak apa, haha seperti hari ini,  baju yang aku pakai belum pernah ganti selama 1 minggu, memalukan memang, tapi lagi-lagi aku tidak peduli, ada Nara disampingku, itu sudah cukup, dia bahkan tidak pernah mengeluh penampilanku yang acak-acakan.

            Setelah aku mulai merasa bisa aku menantang diriku sendiri, apakah aku bisa memboncengkan Nara, seperti yang dilakukannya ?

            “Nara, ayo naik !”

            “apa ? apa kau tidak salah dengan ucapanmu itu ?”. pertanyaan yang sama ketika aku berkata aku ingin belajar sepeda memang, sepertinya dia sangat meragukanku, tapi aku mencoba meyakinkannya bahwa aku sudah bisa.

            “halah, aku sudah bisa. Lagipula apa kau mau pulang dengan berjalan kaki ?”

            “tapi.... apa kau yakin ?”

            “iya” ucapku dengan sombong. “cepat naik !”

            Segera Nara naik, dia duduk miring, wajar saja dia kan memakai rok, dan...... ternyata dia berat juga, meski badannya kurus tapi berat badannya mungkin segunung, hahah menurutku, dia mengaitkan tangannya dipinggangku. Awalnya lancar-lancar saja, tapi entah setan apa yang iri dengan keromantisan kami sehingga stang sepeda yang aku kendalikan mulai belak-belok tidak karuan, tidak hanya itu sepedanya juga mulai tidak bersahabat, berkali-kali akan jatuh, tapi untung saja kakiku panjang jadi aman-aman saja menopangnya. Yang lebih memalukan adalah ketika aku mencoba menengok kebelakang, aku ingin melihat ekspresi wajahnya saat naik dibelakangku, pasti lucu sekali. Dan tanpa aku sadari, ternyata sepeda itu belok kearah samping kanan dan meluncur dengan cepatnya kearah pohon teh-tehan yang dibentuk bulat-bulat di samping lapangan sepak bola itu, duuaaarrrr !!! sepedanya langsung jatuh kearah samping kiriku, tubuhku langsung jatuh terlentang ke aspal yang keras, ‘uhh sakit’ pikirku sambil menutup mata, tiba-tiba saja ada sesuatu yang jatuh tepat di dadaku, ‘astaga berat sekali’, aku membuka mataku dan melihat kearah benda itu, ehh ternyata Nara, astaga dia benar-benar berat, badanku bisa hancur kalau terus tertindih seperti ini, tapi tidak apa sebenarnya, aku senang kalau Nara tiduran di dadaku ini, hehe meskipun berat.

            “apa kau tidak apa-apa ?” ucapnya sambil beranjak berdiri.

            “hah... tidak apa-apa” ucapku sambil mencoba untuk duduk, tapi tiba-tiba “aauuu sakit”

            “mana yang sakit ?”

            “punggungku” ucapku sambil memegangi punggungku yang lumayan sakit, dan seketika ia langsung mengusap punggungku, aku sebenarnya sangat tidak enak, dia terlalu baik. Aku jadi bingung harus membalasnya dengan apa. Astaga.......

            “apa disini ?”ucapnya membangunkan lamunan, sambil mengusap bagian bawah leherku.

            “ahh sudahlah, jangan terlalu baik padaku. Harusnya kan aku yang bertanya apa kau baik-baik saja. Aku kan yang sudah menjatuhkan sepeda. Kenapa malah kau yang bertanya ?”

            “tapi kau yang terluka.........”

            “aku kan laki-laki terluka sedikit kan tidak masalah !”

            Hari sudah semakin sore, matahari sudah mulai turun seperti di acara Teletubies kesukaanku saat kecil, warna merah Jingganya indah sekali , benar-benar terlihat indah ketika kami melintasi tepian pantai Jeju, yah sebenarnya kurang romantis kalau menikmati senja yang menakjubkan itu sambil bersepeda, apalagi cara bersepedanya belak belok, aku jadi kurang konsentrasi menikmati senja yang menakjubkan itu karena aku harus fokus ke jalan agar kejadian tadi tak terulang lagi, aku malu seribu malu kalau harus terjatuh lagi didepan Nara.
--------- Youngmin Prov End ----------

<< Part 2 End >>

0 Messages. Jangan Jadi pembaca diam, ayo comment to “Jeju Spring Moment (part 1)”

Posting Komentar

Total Pageviews

Who Your Favorite Member ??

 

Copyright © 7 Nov 2011 Boyfriend Korean Gallery, Inc. Allright Reserved